Jumat, 04 Maret 2011


I.             DASAR TEORI
Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan yang baik.
Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi. Semakin serasi kerja alat dalam pengupasan tanah penutup maka semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup.
8.1.   Pola Teknis Dari Pengupasan Lapisan Tanah Penutup
8.1.1.   Back filling digging method
Pada cara ini tanah penutup di buang ke tempat yang batubaranya sudah digali. Peralatan yang banyak digunakan adalah Power Shovel atau Dragline. Bila yang digunakan hanya satu buah peralatan mekanis, Power Shovel atau Dragline saja disebut Single Stripping Shovel / Dragline dan bila menggunakan lebih dari satu buah Power Shovel atau Dragline disebut Tandem Stripping Shovel / Dragline. Cara Back Filling Digging Method cocok untuk tanah penutup yang bersifat :
a.       Tidak diselangi oleh berlapis-lapis endapan bijih ( hanya ada satu lapis).
b.      Material atau batuannya lunak.
c.       Letaknya mendatar ( horizontal ).
 
8.1.1.   Benching System
Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (Benching) ini yaitu pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup juga sekaligus membuat jenjang. Sistem ini cocok untuk :
a.       Tanah penutup yang tebal.
b.      Bahan galian atau lapisan batubara yang juga tebal.
8.1.1.   Multi Bucket Exavator System
Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang ke tempat yang sudah digali batubaranya atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah dengan menggunakan Bucket Wheel Exavator (BWE). Sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan tidak lengket.
8.1.2.   Drag Scraper System
Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan bahan galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya dihabiskan terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas ( loose ).
8.1.3.   Cara Konvensional
Cara ini menggunakan kombinasi alat-alat pemindahan tanah mekanis (alat gali, alat muat, dan alat angkut), seperti kombinasi antara Bulldozer, Wheel Loader dan Dump Truck. Bila material tanah penutup lunak bisa langsung dengan menggunakan alat gali muat, sedangkan bila materialnya keras mungkin menggunakan Ripper atau pemboran dan peledakan untuk pembongkaran tanah penutup, dan kemudian dimuat dengan alat muat ke alat angkut, dan selanjutnya diangkut ketempat pembuangan dengan alat angkut.
8.1.   Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup.
1.   Material
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan suatu pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu lahan. Beberapa jenis tanah dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah yang dapat langsung digusur dalam kondisi aslinya. Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped), digali (dug) atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat mekanis yang digunakan. Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan alat “Ripper Mater“ atau “ Seismic Test“ dan satuannya adalah meter per detik, yaitu sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada batuan. Tanah yang banyak mengandung humus harus dipisahkan, sehingga dikemudian hari dapat digunakan untuk menutupi tempat penimbunan (reklamasi).
2.   Alat mekanis yang digunakan.
Pemilihan dan penggunaan alat mekanis sangat penting, karena alat mekanis merupakan alat yang digunakan dalam pengupasan, sehingga perlu pemilihan alat untuk kegiatan pengupasan tepat dan cepat. Pemilihan alat mekanis dapat menentukan cepat lambatnya kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup terselesaikan.
3.   Effesiensi kerja
Hal ini sangat penting dalam hubungannya dengan produksi alat mekanis. Karena dalam keadaan normal akan didapatkan effesiensi kerja yang maksimum. Dari kondisi dan keadaan di lapangan dapat diketahui penilaian mengenai effesiensi kerja sering mengalami kesulitan. Karena sekali ada perubahan maka kondisi dan keadaan akan berubah, sehingga akan mempengaruhi kondisi effisiensi kerja.
4.   Topografi
Faktor topografi juga penting dalam hubungan dengan produksi alat
Mekanis yang berhubungan erat dengan keadaan dan kondisi daerah setempat, misal hubungannya dengan kemiringan daerah, dimana kemiringan yang besar akan berpengaruh pada pola gerak alat. Kemiringan dan jarak harus diukur dengan teliti karena hal itu akan mempengaruhi waktu penggalian, pemuatan, pengangkutan, material (cycle time). Jadi dengan mengetahui keadaan topografi suatu daerah dapat membantu dalam pemilihan alat yang tepat dalam kegiatan pengupasan tanah penutup.
5.   Iklim
Indonesia merupakan daerah katulistiwa  dengan 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan, tanah menjadi berlumpur sehingga alat – alat tidak bekerja optimal, sebaliknya musim kemarau akan banyak debu yang mengakibatkan pandangan operator menjadi terganggu.
6.   Metode kerja peralatan mekanis
Metode kerja peralatan mekanis disesuaikan dengan keadaan topografi dan kondisi daerah kerja sehingga produksi akan maksimal.
7.   Operator
Operator adalah manusia yang menjalankan alat dimana sulit ditentukan effisiensinya karena perubahan dari hari kehari dan tergantung oleh kondisi operator itu sendiri, cuaca, alat, suasana kerja. Effisiensi pada operator alat mekanis dipengaruhi beberapa hal, seperti kemalasan dan tingkat kesadaran. Secara umum effisiensi dipengaruhi oleh faktor hambatan yang tidak bisa dihindari dan hambatan yang bisa dihindari. Hambatan yang tidak bisa dihindari operator, seperti melumasi kendaraan, mengganti bagian yang aus, ketidaksinkronan alat angkut dengan alat muat, dan menunggu peledakan disuatu daerah yang akan dilakukan. Sedangkan hambatan yang sering terjadi pada operator dan dapat dihindari:
a.    Awal gilir adalah jam mulai kerja lebih lama dari jadwal yang ditentukan.
b.   Waktu istirahat adalah berhenti bekerja yang lebih lama dari waktu
yang ditentukan.
c.    Akhir gilir adalah waktu mulai berhenti kerja yang lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan.
d.   Berhenti bekerja adalah waktu berhenti bekerja untuk sementara. Waktu karena kerusakan mesin dari alat – alat mekanis.

8.2.   Teknis pelaksanaan pembersihan lahan
Pembabatan atau penebasan (clearing), yaitu semua kegiatan pembersihan tempat kerja dari semak-semak, pohon–pohon besar kecil, sisa pohon yang sudah ditebang, kemudian membuang bagian tanah atau batuan yang dapat menghalangi pekerjaan selanjutnya. Seluruh pekerjaan tersebut dapat dikerjakan sebelum pemindahan itu sendiri dilakukan, atau dikerjakan bersama-sama.
Cara-cara pembabatan atau penebasan dan pembersihan lahan itu tergantung dari keadaan lapangan, misalnya:
1.   Bila di daerah itu hanya ditumbuhi oleh semak-semak dan pohon-pohon yang diameternya < 10 cm, cukup langsung didorong. Tanah yang berhumus dikumpulkan lagi untuk dipakai lagi pada waktu reklamasi.
2.   Bila pohon-pohonya berdiameter antara 10 cm - 25 cm dan akarnya kokoh, maka ada dua cara :
a.    Didorong beberapa kali pelan-pelan untuk menjatuhkan dahan-dahan atau cabang-cabang yang sudah kering, lalu didorong sekaligus secara mendadak dengan sedikit mengangkat bilah sampai pohon itu roboh.
b.   Dengan dua Bulldozers yang menarik rantai baja.
c.    Mengunakan Chain Saw jika terdapat pohion-pohon yang besar dengan diameter >30 cm.
3.   Jika pohon-pohonnya berdiameter > 25 cm, maka caranya adalah sebagai berikut :
a.    Menggali tanah disekelilingnya dulu agar akar-akarnya putus dan kekuatan pohon berkurang, kemudian pohon tersebut didorong sampai roboh.
b.   Kalau batang itu tidak roboh, dapat dipakai sebuah rantai yang panjang
untuk menarik pohon itu dengan sebuah Bulldozers, tetapi apabila ada dua, Bulldozers dengan arah masing-masing menyerong agar lebih aman.
4.   Bila selain semak-semak terdapat bongkah-bongkah batu besar (boulders) yang akan menghalangi pekerjaan, maka kalau batu itu sangat besar tidak boleh didorong sekaligus, karena akan melampaui batas kemampuan dorong Bulldozers.
Alat yang digunakan untuk kegiatan pembabatan (clearing) adalah Bulldozer, dan untuk memperkirakan waktu yang diperlukan oleh Bulldozers untuk merobohkan pepohonan dipergunakan persamaan sebagai berikut:
T = B  + ( M1 x  N1) + ( M2. x N2 ) + ( D x F )
Keterangan :
T   = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan untuk lapangan kerja seluas 1 acre (1 acre = 0,047 km2).menit/km2
B  = Waktu untuk menjelajah lapangan seluas 1 acre tanpa merobohkan pepohonan, menit/km2
M = Waktu untuk merobohkan pepohonan yang memiliki diameter tertentu, menit/pohon
N  = Jumlah pohon tiap acre untuk diameter tertentu, berdasarkan survey di lapangan.
D  = Jumlah pohon yang mempunyai diameter yang lebih dari dari 6 ft (180 cm).
F   = Waktu yang diperlukan untuk merobohkan pepohonan Dengan
                     Diameter lebih dari 6 ft (180 cm).menit/pohon

8.3.   Peralatan
a.    Jenis Alat
Masing-masing jenis alat gali mempunyai cara kerja dan teknologi yang berbeda-beda, studi teknik untuk pemilihan alat gali secara optimum harus menjamin bahwa mesin-mesin tersebut dapat mengatasi secara efektif kondisi lapangan.Setiap jenis alat akan mempunyai kekhususan dalam metode penggalian, pemuatan dan penggalian-pemuatan. Kombinasi-kombinasi yang terbaik sesuai kondisi lapangan yang akan memberikan hasil yang optimimlah yang akan dipilih untuk digunakan. Dalam perencanaan pengupasan lapisan tanah penutup juga harus diperhitungkan dengan tepat metode penggalian sesuai dengan fungsi alat tersebut apakah sebagai alat garu-dorong, alat gali-muat. Jika digunakan alat garu-dorong yakni Bulldozer maka metode penggusurannya antara lain :
1.   Down Hill Dozing
Dalam metode ini cara kerja Bulldozer adalah selalu mendorong ke bawah, jadi mengambil keuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan.
1.   High Wall or Float Dozing
Bulldozer menggali beberapa kali, lalu mengumpulkan galian menjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang curam. Sebelum seluruh tanah habis meluncur ke lereng Bulldozer harus direm agar tidak terjungkir ke dalam lereng.
1.   Trench or Slot Dozing
Bulldozer yang menggali melalui satu jalan yang sama akan menyebabkan terbentuknya semacam dinding di kiri dan kanan bilah yang disebut Spilages, sehingga pada pendorongan tanah berikutnya tidak ada tanah yang keluar atau tercecer ke samping bilah (blade).
Dan Jika digunakan alat gali-muat dalam hal ini Excavator Jenis Back Hoe maka terdapat beberapa metode penggalian-pemuatan yang dapat diterapkan antara lain :
1.   Frontal Cuts
Pada metode ini Back hoe berhadapan dengan muka jenjang dan mulai menggali ke depan (lurus ke muka) dan ke samping. Pertama kali Back Hoe memuati truk sebelah kiri sampai penuh, setelah itu diteruskan dengan yang sebelah kanan atau sebaliknya. Karena itu pola pemuatan ini cukup efektif. Dipandang dari unjuk kerja Back Hoe yang digunakan, pola pemuatan ini sangat efisien meskipun truk harus mundur untuk mengambil posisi.
2.   Parallel Cuts With Drive – By
Back Hoe bergerak melintang dan sejajar dengan lokasi penggalian. Jalan masuk ke jenjang untuk truk harus tersedia dari dua arah. Efisiensi untuk Back Hoe dan Truk sangat tinggi, meskipun rata-rata sudut putar lebih besar daripada frontal cut, tetapi truk tidak mundur ke belakang Back Hoe. Dengan demikian pengambilan posisinya akan lebih mudah.
3.   Parallel Cuts – Turn And Back
a.    Single Spoting
Truk kedua menunggu selagi Back Hoe memuat ke truk pertama.Setelah truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan mundur ke posisi yang sesuai. Selama truk kedua diisi truk ketiga datang dan seterusnya. Pada pola ini, truk dan Back Hoe mengalami waktu tunggu.
b.   Double Spoting
Truk pertama diisi. Truk kedua datang dan mundur untuk mengambil posisi. Saat truk kedua telah berada dalam posisinya, Back Hoe masih mengisi truk pertama. Begitu truk pertama berangkat, Back Hoe mulai mengisi truk kedua. Ketika truk kedua sedang diisi, truk ketiga datang dan seterusnya. Pada pola ini Back Hoe tidak mengalami waktu tunggu. Produksi keseluruhan lebih tinggi dari pada pola Single Spoting.


a.    Kapasitas Daya Guna Alat
Kapasitas daya guna alat harus sesuai dan cocok untuk menunjang produksi pengupasan yang akan dilakukan serta memungkinkan beroperasi sesuai dengan kondisi : Grade, Altitute, Haul Distance.
b.   Kemampuan Produksi Alat Mekanis
Besarnya produksi atau out put dari peralatan sangat tergantung pada 2 hal:
1.   Angka siklus penggalian yang memberikan periode waktu
2.   Volume sebenarnya pada setiap penggalian.
Untuk melengkapi pengertian bagaimana menaksir atau meramalkan produksi alat mekanis, definisi yang jelas dari beberapa variable yang mewakili dua hal tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.   Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu edar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat-alat mekanis yang meliputi alat garu-dorong, alat muat, alat angkut dalam satu siklus termasuk waktu tunggu yang dicatat dari hasil pengamatan di lapangan. Untuk mengetahui kesediaan dan penggunaan alat mekanis perlu dilakukan pengamatan terhadap jam kerja, jam perawatan dan jam tunggu untuk setiap alat dalam waktu yang tersedia menurut jadwal yang telah ditetapkan.
Jam Kerja (W) merupakan waktu yang dikeluarkan oleh seorang operator pada suatu alat yang ada dalam kondisi dapat dioperasikan, termasuk waktu yang digunakan untuk pulang pergi ke front kerja, pemilihan tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar.
Jam Pemuatan (R) merupakan waktu yang digunakan untuk memperbaiki, menunggu suku cadang, perawatan preventif.
Jam Tunggu (S) merupakan waktu yang digunakan dimana alat dapat dipakai tetapi tidak digunakan dan tambang dalam keadaan operasi.
Jam Tersedia (W+R+S) merupakan waktu yang disediakan untuk kerja tiap hari menurut jadwal yang telah ditetapkan ( data diperoleh dari Mine Enginnering Departement).
a.    Availability Index (mechanical availability)
Availability Index (mechanical availability) adalah faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk melakukan pekerjaan dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena perbaikan mesin, pemuatan isi dan dapat dirumuskan   sbb:
AI =            ……………………………………….......(1)
Keterangan :
AI   = Availability Index
W    = Working Hours (jam kerja alat), jam/hari
R     = Repair Hours (jam perbaikan), jam
b.   Phisical Availability (Operational Availability)
Phisical Availability (Operational Availability) merupakan catatan Operational Availability dari alat yang digunakan atau faktor yang menunjukan kesediaan suatu alat untuk melakukan pekerjaan dengan menghilangkan waktu yang hilang karena berbagai sebab dan dapat dirumuskan sbb :
PA =  …………………………..……………….(2)
Keterangan :

PA   = Phisical Availability

W    = Working Hours (jan kerja alat), jam/hari
R     = Repair Hours (jam perbaikan), jam
S     = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan dimana alat   
          tidak rusak), jam
Phisical Availability alat mekanis umumnya selalu lebih besar dari AI, hal ini menunjukan alat tersebut baik digunakan dan sesuai dengan kemampuannya.
c.    Use of Availability
Use of Availability merupakan persentase waktu yang digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat digunakan dapat dilihat pada rumus:
UA =  ……………………………...………………...(3)
Keterangan :

UA   = Use Availability

W    = Working Hours (jam kerja alat), jam/hari
S     = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan dimana alat     
          tidak rusak), jam
d.   Effective utilization
Effective utilization menunjukan  berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat  dimamfaatkan  untuk kerja produktif dan dapat dijelaskan dengan rumus dibawah
EU =  ……………………………..……..…........(4)
Keterangan :

 EU  = Effective utilization

 W   = Working Hours (jam kerja alat), jam/hari
 R    = Repair Hours (jam perbaikan), jam
 S                = Stand by Hours ( jam alat tidak dapat digunakan dimana
          alat  tidak rusak), jam
2.   Waktu kerja effektif
Waktu kerja efektif alat adalah waktu yang benar-benar dipergunakan untuk berproduksi dari alat yang dioperasikan.
3.   Efisiensi Kerja Peralatan
Efisiensi Kerja adalah perbandingan antara jam kerja efektif terhadap jam kerja yang tersedia. Jam kerja efektif adalah jam kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi tanpa ada hambatan. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
We = Wt – (Wtd + Wd)         ……………………………..….………....(5)
= Wt – Wth           ……………………………………….……..…....(6)
Keterangan :
We       = Waktu kerja efektif, jam
Wtd     = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, jam
Wd      = Waktu hambatan yang dapat dihindari, jam
Wth     = Total waktu hambatan,jam
Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan persaman :
Efisiensi Kerja =  …………………………. (7)
4.   Faktor Pengisian
Faktor pengisian adalah perbandingan antara volume mangkuk (bucket) yang sesungguhnya dengan volume mangkuk secara teoritis (Heaped Capacity).
F = ………………………………………..……………..….(8)
Keterangan :
F          = Faktor pengisian mangkuk (Bucket), %
Vn        = Volume nyata mangkuk alat muat, m3
Vb        = Volume baku mangkuk alat muat, m3
5.   Faktor Pengembangan
Pengembangan (Swell) adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari tempatnya. Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu :
a.    Swell Faktor
b.   Percent Swell
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yang diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada Pay Yard atau Bank Yard atau Bank Volume atau In Place Volume atau Volume Insitu, Sedangkan material yang ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah mengembang (Loose Volume).
6.   Kapasitas Mangkuk (Bucket)
Volume mangkuk atau bilah tergantung desain dan masing- masing alatgali mempunyai desain yang berbeda-beda. Dalam memperkirakan
 produksi alat mekanis dikenal dua macam cara  yaitu :
a.    Produksi Teoritis
Kemampuan teoritis adalah kemmpuan suatu alat untuk berproduksi dalam operasi penambangan dengan mempertimbangkan faktor kondisi peralatan ang digunakan pada saat ini. Produksi teoritis alat garu-dorong (Bulldozer) dan alat gali (Back Hoe) adalah sebagai berikut :
Produksi Teoritis = (),BCM/jam …………..…….............(9)
Keterangan :
Kb     = Kapasitas Blade atau Bucket, m3
Sf     =  Faktor Pengembangan (Swell Factor)
We    = Waktu Edar, menit
b.   Produksi Nyata
Produksi nyata peralatan mekanis pada saat ini adalah produksi suatu alat dalam operasi penambangan pada saat ini dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi produksi alat mekanis. Produksi nyata alat garu-dorong (Bulldozer) dan alat gali (Back Hoe) adalah sebagai berikut :
Produksi Nyata = (),BCM/jam………..…...………(10)
Keterangan :
Kb   = Kapasitas Blade atau Bucket , m3
Sf    =  Faktor Pengembangan (Swell Factor)
We   =  Waktu Edar, menit
E       =  Efisiensi, %

8.2.   Persiapan Pengupasan
8.5.1.   Penyediaan Tempat Penimbunan
Dengan memperhatikan faktor-faktor persyaratan penentuan lokasi penimbunan tanah penutup seperti telah diuraikan di depan, tanah penutup hasil pengupasan didorong (dengan Bulldozer) menuju ke tempat penimbunan. Di peta ditentukan lokasi pembuangan kemudian dihitung volume tampungnya dengan cara membagi daerah tersebut dengan sayatan-sayatan. Jarak masing-masing pemisah sayatan dibuat 1 cm untuk mewakili 10 meter di lapangan. Penampang sayatan di gambar dan dihitung luasnya. Rumus yang dipakai untuk menghitung volume adalah metode penampang melintang (Cross Section) sebagai berikut :
V=   ……………………..…….……..(11)
Keterangan  :      
V  = Volume Tanah Penutup, m3 (BCM)
L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2
L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2
n   = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
d  = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2, m
8.5.2.   Pembabatan dan Pembersihan Lahan
Dalam melakukan pembabatan dan pembersihan lahan dapat dilakukan dengan bebarapa Metode-metode yaitu :
a.    Penebangan dengan metode Perimeter
Metode ini dipakai untuk membuka suatu daerah yang datar. Bila suatu plot yang akan dibuka telah ditentukan, maka Bulldozer mulai membuka dari sebelah luar ke  dalam berlawanan arah jarum jam mengelilingi plot tersebut.
b.    Metode Out Crop
Dilakukan dengan penentuan plot-plot dimana setelah plot-plot tersebut ditentukan letak dan ukurannya, maka Bulldozer mulai membuka dari sebelah dalam ke arah luar plot dengan gerakan searah jarum jam. Penimbunan dilakukan dari arah luar ke dalam, sehingga timbunan berada di dalam plot.

c.     Metode Kontur
Dilakukan pada daerah yang berbukit, Bulldzer mulai melakukan penebangan dari arah bukit menutju ke bawah, timbunan dibuat pada daerah ketinggian.
8.5.3.   Rancangan Pembuatan Jalan Masuk / Jalan Angkut
Keadaan jalan angkut sangat berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan operasi pengangkutan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keadaan jalan angkut, misalnya, lebar jalan, jari-jari tikungan dan kemiringan jalan.
a.    Lebar jalan angkut
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada “rule of thumb” yang dikemukakan oleh Ashto Manual Rural High-way Design adalah :
L  =  n x Wt  +  (n + 1)(0,5Wt)  …………………….……….................(12)
Keterangan :
 L      =  lebar jalan angkut minimum, m
 n      =  jumlah jalur ( 2 )
 Wt   =  lebar alat angkut total, m
b.   Lebar jalan pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan persamaan :
W  =  n (U + Fa + Fb + Z) + C        ..……….…………....…………...  (13)
C  =  0,5 (U + Fa + Fb) = Z     .…..……………………....…………...  (14)
Keterangan  :   
U         =  jarak jejak roda (center to center tire), m
Fa        =  lebar juntai depan, m
Fb        =  lebar juntai belakang, m
C         =  jarak dua truk yang akan bersimpangan, m
 Z         =  jarak sisi luar truk ke tepi jalan, m

c.    Kemiringan jalan masuk / angkut
Kemiringan jalan angkut di lokasi berkisar antara 0 % - 3 %, sedangkan kemiringan jalan maksimum yang masih mampu diatasi oleh alat angkut dengan baik adalah 10 %.

8.3.   Teknis Pengupasan
Pengupasan lapisan tanah penutup yang dikerjakan di atas lapisan batubara mengikuti arah penyebaran dan jurus. Besarnya produksi pengupasan tergantung perencanaan geometri jenjang dan banyaknya batubara yang harus dibongkar. Teknis pengupasan lapisan tanah penutup batubara dapat dilakukan secara seri dan paralel.
1.   Pengupasan Seri
Artinya jika suatu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan sekaligus sebelum pekerjaan penambangan atau perluasan penambangan mulai dikerjakan.
2.   Pengupasan Paralel
Artinya jika kegiatan pengupasan dilakukan bersamaan dengan penambangan. Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, dilanjutkan  dengan kegiatan penambangan bersamaan dengan itu di lain tempat dilakukan pengupasan lapisan tanah penutup untuk produksi tambang selanjutnya. Arah kemajuan pengupasan ditentukan dengan mengikuti bentuk topografi, cara penambangan dan lokasi penimbunan. Penggalian untuk pengupasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a.    Penggalian dilakukan pada tiap-tiap ketinggian mengikuti garis kontur menuju ke tempat yang lebih rendah sampai ke lokasi penimbunan.
b.   Penggalian dilakukan dengan membagi daerah pengupasan menjadi blok-blok penggalian dengan luas tertentu.
Secara bertahap penggalian pada suatu blok ditimbunkan ke blok lain yang sudah tidak ditambang, demikian pula untuk blok-blok selanjutnya.